Sabtu, 06 September 2014

Sang Pengembara

mengejar yang tidak terkejar meminum air yang tidak menghilangkan haus, berjalan, menepi mencari kehidupan dari kertas-kertas lusuh. menulis berharap ada yang menabur kertas dengan mendustai hati yang berjalan dengan keinginan keikhlas tanpa diberi. berhenti sejenak diwaktu senja berpikir memeras air mata hati. perlahan tapi pasti membuka pintu kamar duduk dan merenung disamping jendela senja. memandang langit yang mulai kelabu, membiarkan jari-jemari menari-nari bercerita diatas hurup-hurup yang tidak bisa di ucapkan oleh hati dan tanpa bisa didengar oleh telinga. melangkah demi langkah merajut sebuah asa yang tertinggal dalam jejak-jejak mimpi yang sama sekali tidak pernah terpikirkan. gerasang jalan berdebu mewalan teriknya kehidupan. bukan salah gurun bila terasa begitu panas, tempat bernanung memcari setitik senyuman diantara tumpukan kemunafikan hidup. cahaya-cahaya terang bersinar namun gelapnya hati seolah tidak bisa membuat tenang perut ini. ilusi dari mimpi yang tidak terwujud membuat otak ini kusut mencari kertas lusuh. dipersimpangan antara dia dan aku, mencoba berlari ingin menggapai harapan tanpa beban. dunia tetaplah dunia tanpa belas kasihan, berpikirnya seperti orang yang berjalan diatasnya. dia baik ketika mereka baik dia kejam ketik mereka kejam. hari ini dunia membalas apa yang dikerjakan kemarin. inikah hukaman. inikah kegelisahan itu???

dunia yang tidak dimengerti

tidak hanya cukup dimengerti tidak hanya cuku dengan kata-kata membingungkan, andai kau tahu apa yang begitu membingungkan itu sepi, sendiri menari-nari dipinggir gelap dihias remang-remang mimpi andai semua tahu, begitupun seandainya didunia ini tidak ada orang yang pintar dan sedikit orang yang tidak memiliki kepedulian mungkin tidak akan begitu banyak andainya. sungguh membingungkan bila saja berjalan dengan kebingungan hati yang tiada terucapkan. memecah kebuntuan merampas setiap senyum dari hati yang tidak memiliki kehati-hatian bersikap. bila saja seekor burung galau mungkin ia akan terjatuh tapi sayang burung tidak pernah galau. kau tahu kenpa kita berbeda dengan seekor burung?? bila saja duniaku tanpa kebingungan, bila saja kepandaiyan tidak membuat kebingungan, bila saja semua urusan tahu itu membingungkan mungkin saja tidak akan aku ambil sebagian hidup ini untuk kebingungan itu. ada arti dari setiap kehidupan yang berlalu yang tidak sempat diterjemahkan kedalam kata dan tanpa sempat dimengerti hikmahnya. namun tiada hujan yang tanpa meninggalkan basah, tiada kebingungan tanpa meninggalkan ilmu. tesenyum dalam kebingungan, merampas senyum dari hati yang bingung. biarlah bila hujan harus meninggalkan basah, bila panas meninggalkan gersang. bukan salah pada mereka, bukan salah pada tempat karena memang dunia ini ditakdirkan begini. tidak bisa merubah sipat mereka namun pandangan yang baik yang harus dinikmati. sebaik-baiknya bersikap pasti ada kritik juga. bukan kata yang mudah untuk dimengerti tapi sebuah seni yang berjalan seperti sebuah irama nyanyia rindu kedamiyan. rindu sang pemikir yang berjalan tanpa pamrih tanpa meminta ilmu ditukar dengan kertas-kertas lusuh keringat yang begitu dicari petinggi ilmu tanpa berbuah bijaksana. salam untukmu yang masih tertidur dalam cinta dan mimpi !! esok hari pasti lebih indah dari hari ini ketika rumah-rumah Pengadilan Tuhan sudah berdiri tegak.